Sebelum para peneliti menemukan adanya black hole, ternyata Al Quran telah mengungkap kejadiannya ratusan tahun yang lalu. Allah berfirman yang makna harfiahnya sebagai berikut, ‘Maka aku bersumpah dengan khunnas, yang berjalan lagi menyapu.’ (at-Takwir: 15-16)
Hadith
Dari Anas radhiallahu'anhu dari Nabi shollalllahu 'alahi wa sallam di dalam menceriterakan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, di mana Allah berfirman: "Bila seseorang itu mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, bila ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari". (Riwayat Bukhari).
Dari Ibnu `Abbas radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah shollalllahu 'alahi wa sallam bersabda: "Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya yaitu kesehatan dan kesempatan". (Riwayat Bukhari).
Dari : Buku “Noktah Hitam Senandung Setan” Penerit Darul Haq Halaman 191-200, Terjemahan dari Kitab “Kasyful Ghitha” Karya Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah-.
Pecandu musik dan nyanyian itu berargumentasi dengan firman Allah :
“Dan pada hari terjadinya Kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka mereka di dalam taman (Surga) bergembira.” (Ar-Ruum: 14-15)
Di dalam kitab Tafsir disebutkan bahwa maksud kalimat ‘tuhbaruun’ adalah mendengar nyanyian. Sekiranya nyanyian itu haram niscaya tidak akan menjadi kenikmatan Surga yang utama.
Ahli Al-Qur’an menjawab: “Seandainya kalian berpegang kepada ayat tersebut untuk membenarkan pendapat kalian itu niscaya akan tersamar dan dapat diterima oleh orang yang tidak memiliki bashirah dan ilmu. Namun Allah berkehendak menyingkap kedok kalian dan membungkam mulut kalian.
Tidak syak lagi bahwa sebagian Salaf (seperti Imam Waki dan Yahya bin Abi Katsir) menafsirkan kata ‘al-habrah’ di dalam ayat tersebut dengan mendengarkan nyanyian merdu bidadari Surga. Bahwasanya bidadari-bidadari Surga akan bernyanyi dengan suara yang belum pernah terdengar suara semerdu itu oleh para makhluk. Mereka berdendang: “Kami adalah bidadari yang kekal tidak akan mati. Kami adalah bidadari yang selalu bergembira dan tidak akan murung. Kami adalah bidadari yang selalu ridha dan tidak akan marah. Beruntunglah orang yang mendapatkan kami dan kami menjadi miliknya.”
Abu Nu’aim menyebutkan dalam kitab Shifatul Jannah sebuah riwayat dari Sa’id bin Abi Maryam dari Muhammad bin Ja’far bin Abi Katsir dari Zaid bin Aslam dari Ibnu Umar ia berkata: “Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya para bidadari-bidadari yang merupakan istri penduduk Surga akan bernyanyi untuk suami mereka dengan suara yang sangat merdu yang belum pernah terdengar oleh seorangpun sebelumnya. Di antara nyanyian yang mereka senandungkan adalah: `Kami adalah bidadari-bidadari yang balk-balk lagi cantikcantik, kami adalah para istri hamba-hamba yang mulia, yang melihat dengan pandangan yang menyejukkan.’
Di antara nyanyian mereka adalah:
‘Kami adalah bidadari yang kekal tidak akan mati,
kami adalah bidadari yang terpelihara tidak pernah takut,
kami adalah bidadari yang selalu menyertai tidak akan pergi.’
Sa’id bin Abu Maryam tersendiri dalam periwayatan hadits ini.
Diriwayatkan juga dari jalur Al-Walid bin Abi Tsaur dari Sa’ad Ath-Thaa’i dari Abdurrahman bin Saabith dari Ibnu Abi Aufa ia berkata: Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya bidadari-bidadari Surga berkumpul sekali setiap pekan. Mereka bernyanyi dengan suara yang merdu yang belum pernah didengar oleh siapapun sebelumnya suara semerdu itu. Mereka menyenandungkan: “Kami adalah bidadari yang kekal tidak akan fana, kami adalah bidadari yang selalu gembira tidak akan murung, kami adalah bidadari yang selalu ridha tidak akan marah, kami adalah bidadari yang selalu menyertai tidak akan pergi,beruntunglah orang yang mendapatkan kami dan kami menjadi miliknya. “[Shifatul Jannah (378), bagian awal hadits ini dikeluarkan oleh AI-Baihaqi dalam kitab Al-Ba’ts wan Nusyur (414).]
Diriwayatkan dari jalur lbnu Abi Fudeik dari Ibnu Abi Dzi’b dari ‘Aun Ibnu AI-Khaththab dari seorang putra Anas dari Anas bin Malik ia berkata: “Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya bidadari-bidadari Surga akan bernyanyi di Surga: `Kami adalah bidadari-bidadari yang cantik jelita, diciptakan untuk suami-suami yang mulia.’”
Diriwayatkan dari jalur Yazid bin Waqid dari seorang lelaki dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya di dalam Surga terdapat sebuah pohon yang pangkalnya terbuat dari emas dan tangkainya dari permata Zabarjad dan Lu’lu’. Bila dihembus angin akan mengeluarkan suara yang sangat merdu yang belum pernah di dengar oleh seorangpun suara yang lebih menyedapkan telinga daripadanya.“
Diriwayatkan dari jalur Khalid bin Ma’dan dari Abu Umamah dari Rasulullah beliau bersabda:
“Apabila seorang hamba masuk ke dalam Surga maka akan duduk di dekat kepala dan dua kakinya dua bidadari yang akan bernyanyi untuknya dengan suara yang paling merdu yang pernah didengar oleh bangsa jin dan manusia, namun bukan suara seruling setan.“
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dari hadits Sulaiman bin Abi Karimah dari Hisyam bin Hassan dari Al-Hasan dari Ummu Salama ia berkata: ‘Saya bertanya kepada Rasulullah manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari Surga? Be]iau menjawab: “Wanita dunia lebih utama daripada bidadari Surga, sebagaimana keutamaan bagian Iuar baju daripada bagian dalamnya. Saya berkata: “Ya Rasulullah, mengapa demikian?” Rasulullah menjawab:
“Karena shalat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah akan menghiasi wajah mereka dengan cahaya, tubuh mereka dengan sutera, kulit mereka putih mulus, pakaian mereka berwarna hijau, perhiasan mereka kuning mengkilap. wadah dupa mereka terbuat dari permata dan sisir mereka terbuat dari emas. Mereka akan bernvanyi: “Kami adalah bidadari yang kekal tidak akan mati, kami adalah bidadari yang selalu riang gembira tidak akan bersedih, kami adalah bidadari yang selalu menyertai tidak akan beranjak, kami adalah bidadari yang selalu ridha tidak akan marah. Beruntunglah orang yang memiliki kami dan kami menjadi miliknya.”
Dikatakan kepada kalian: Haruskah sesuatu yang dijadikan oleh Allah sebagai nikmat di Surga bagi para hamba-hambaNya di Akhirat menjadi mubah hukumnya bagi kalian di dunia?
Jika kalian katakan tidak harus, berarti batallah argumentasi kalian tadi. Jika kalian katakan harus! Maka kami katakan kepada kalian bahwa Allah memberi nikmat kepada penduduk Surga di Akhirat berupa pakaian sutera dan gelang-gelang emas, maka konsekuensi ucapan kalian tadi adalah hal tersebut boleh kalian pakai di dunia, padahal itu bertentangan dengan dienul Islam dan perintah Allah. Demikian pula Allah memberi mereka nikmat berupa khamar, maka menurut konsekuensi ucapan kalian khamar juga boleh diminum di dunia. Demikian pula di Surga nanti para penghuninya akan makan dan minum dengan menggunakan piring dan gelas dari emas dan perak. Dan Rasulullah juga telah menyatakan:
“Piring-piring emas itu bagi mereka (orang kafir) di dunia, dan bagi kita nanti di Akhirat.”[Bagian dari hadits dengan lafal: “Sesungguhnya piring-piring itu bagi mereka di dunia dan bagi kita di Akhirat.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari hadits Hudzaifah (5426, 5632, 5633, 5831 dan 5837), Muslim dalam Shahih nya (2067/404), Abu Daud (3723), At-Tirmidzi dalam Jami’nya (1878), ia berkata: Hadits ini hasan shahih.” An-Nasaa’i dalam Sunan-nya (5301) dan Ibnu Majah (3414).
]
Menurut konsekuensi ucapan kalian: “Sebagaimana piring emas itu bagi kaum muslimin di Akhirat, maka boleh juga digunakan di dunia. Padahal Rasulullah telah bersabda:
“Barangsiapa meminum khamar di dunia maka ia tidak akan meminumnya di Akhirat”Dan Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa memakai pakaian sutera di dunia maka ia tidak akan memakainya di Akhirat.”[Diriwayatkan oleh AI-Bukhari dalam Shahih-nya (5834) dari hadits Umar bin Al-Khaththab, dan Muslim dalam Shahih-nya (2073) dari hadits Anas dan pada hadits no. 2074 dari hadits Abu Umamah, diriwayatkan juga oleh An-Nasaai dalam Sunannya (5305) dan Ibnu Majah juga dalam Sunan-nya (3588) dari hadits Umar
Berkaitan dengan piring emas dan perak, Rasulullah bersabda:
“Piring piring emas itu bagi mereka (orang kafir) di dunia, dan bagi kita nanti di Akhirat. “
Rasulullah mengabarkan bahwa barangsiapa memakai barang-barang tersebut di dunia. berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain maka ia tidak akan memakainya di Akhirat. la tidak diperkenankan memakainya sementara penghuni Surga Iainnya dibolehkan, bila ia masuk Surga. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ayahnya (Abu Hatim)dari Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizaami dari Hasan bin Ali bin Hasan Al-Barrad dari Humeid AI-Kharrath dari Muhammad bin Ka’ab ia berkata: “Barangsiapa yang telah meminumnya di dunia maka ia tidak akan meminumnya lagi di Akhirat.” Saya katakan: “Bagaimana bila ia bertaubat lalu Allah memasukkannya ke dalam Surga? Bukankah Allah telah mengatakan:
“Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. “ (Fushshilat: 31)
Abu Hatim berkata: “Allah menjadikan mereka lupa terhadapnya. Atau sabda Rasul itu merupakan ancaman baginya bahwa ia tidak masuk Surga. Sebab barang-barang tersebut hanya dipakai oleh penghuni Surga. Barangsiapa tidak memperolehnya di Akhirat berarti ia bukan termasuk penghuni Surga.”
ltulah dua bentuk penafsiran bagi hadits-hadits tersebut dari ulama Salaf.
Bila dikatakan: “Nyanyian yang menyedapkan yang telah dijanjikan di Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang menjauhkan pendengaran-nya dari nyanyian-nyanyian di dunia, sebagaimana hal-hal lainnya seperti pakaian sutera, khamar, penggunaan peralatan dari emas dan perak, tentunya lebih tepat dan benar daripada perkataan kalian bahwa hal-hal itu dibolehkan di dunia karena penghuni Surga boleh menggunakannya.”
Dalil-dalil yang kami bawakan tadi cukup jelas menyatakan hal itu. Di antaranya adalah atsar yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abid Dunya dari Daud bin Amru Adh-Dhabbi dari Abdullah bin Al-Mubarak dari Malik bin Anas dari Muhammad bin Al-Munkadiri, ia berkata: Pada Hari Kiamat nanti seorang penyeru akan berseru: “Manakah orang-orang yang di dunia dahulu menjauhkan diri dari permainan dan nyanyian setan? Tempatkanlah mereka di taman misk (kesturi). Kemudian Allah berkata kepada para Malaikat: “Perdengarkanlah kepada mereka pujian dan sanjunganKu, kabarkanlah kepada mereka bahwa tiada lagi ketakutan dan kesedihan atas mereka.”
Penukilan atsar ini telah disebutkan sebelumnya dari Mujahid sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Baththah.
Share this post:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar