Sebelum para peneliti menemukan adanya black hole, ternyata Al Quran telah mengungkap kejadiannya ratusan tahun yang lalu. Allah berfirman yang makna harfiahnya sebagai berikut, ‘Maka aku bersumpah dengan khunnas, yang berjalan lagi menyapu.’ (at-Takwir: 15-16)
Hadith
Dari Anas radhiallahu'anhu dari Nabi shollalllahu 'alahi wa sallam di dalam menceriterakan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, di mana Allah berfirman: "Bila seseorang itu mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, bila ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari". (Riwayat Bukhari).
Dari Ibnu `Abbas radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah shollalllahu 'alahi wa sallam bersabda: "Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya yaitu kesehatan dan kesempatan". (Riwayat Bukhari).
Sebait lagu berjudul laskar pelangi dari nidji itu memanglah benar adanya dan merupakan sebuah hukum alam yang selalu berlaku dalam dunia ini. Jika impian saja anda tidak mempunyai, bagaimana bisa anda mengambil tindakan dengan benar dan tepat, seperti layaknya seorangpelaut yang tak tau tujuan ingin kemana ia pergi dan akhirnya ia hanya berputar putar saja di pinggir pelabuhan menunggu waktu untuk pulang kerumah. Begitu pula layaknya seorang yang hidup tak punya impian, hanya akan menjalani kehidupan tanpa arah dan tujuan hingga menunggu ajal menjemputnya.
Milikilah impian anda sebesar mungkin!. Orang – orang luar biasa, para pemenang sejati, mereka yang telah mencatat sejarah dengan tinta emas namanya, selalulah berawal dari manusia yangmempunyai impian besar terhadap pencapaian hidupnya. Semakin besar mimpi anda maka semakin besar pula pencapian yang akan anda raih nantinya. Namun perlu diingat bahwa impian besar memerlukan suatu proses dalam mencapainya dan terkadang Tidak semua mimpi besar kita akan berbuah kesuksesan. Namun tidak ada kesuksesan besar yang tidak diawali oleh sebuah mimpi besar. Jadi “Beranilah bermimpi besar. Karena mimpi itu adalah harapan, dan harapan itu selalu ada untuk mereka yang mempercayainya.”
Benarkah bermimpi terlalu besar membuat tidak bahagia dalam menikmati kehidupan ???
jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada saya, maka dengan tegas saya menjawab hal itu SALAH. Mengapa ?. untuk menjawabnya terlebih dahulu saya akan memberikan sebuah ilustrasi melalui pertanyaan untuk anda, mengapa permainan sepak bola dan basket sangat digemari oleh orang – orang di dunia?? Mungkin akan ada sangat banyak jawaban yang bervariasi dari pertanyaan tersebut. Tapi satu jawaban yang pasti menurut saya adalah karena kedua olah raga tersebut mempunyai tujuan yang jelas dalam permaiannya, yaitu ingin memasukan bola ke gawang ataupun ke ring basket sebanyak mungkin, semakin banyak akan terlihat semakin seru dan menarik. Coba bayangkan jika dalam permaian sepak bola tidak ada gawangnya maka tidak akanlah seru permainan tersebut. Atau jika anda menyukai permaian sepak bola dan melihat suatu tim yang bermain sangat defensive yang hanya mengharapkanhasil seri, apakah yang anda rasakan ketika menontonnya?? Sungguh membosan bukan?! Begitu pula dalam kehidupan, semakin besar dan banyak impian yang anda miliki, maka akan semakin indah dan tertantang diri anda untuk melakukan yang terbaik yang dapat anda lakukan dan anda juga senantiasa akan menikmati proses tersebut.
http://topmotivasi.com/kekuatan-sebuah-mimpi.html
http://topmotivasi.com/kekuatan-sebuah-mimpi.html
Sahabat yang cerdas……
Untuk menyumbang kesempatan meraih kehidupan masa depan yang lebih baik dan harmonis, Kali ini saya ingin berbagi tentang :
“Menentukan masa depan adalah dengan membuat masa depan”
Dengan kata lain adalah apa yang Anda perbuat sekarang akan berbuah di masa yang akan datang.(jawa : “nGunduh wohing pakarti”) . Misalkan pada saat ini Anda terus belajar marketing, maka masa depan Anda dalam dunia marketing akan baik hasilnya dan apabila Anda belajar menabung dari sekarang, maka Anda akan memiliki simpanan yang banyak di masa depan.
Dengan begitu, Anda juga bisa membuat masa depan dan merencanakannya agar sesuai dengan keinginan Anda. Apabila Anda ingin menjadi seorang Pengusaha sukses, mulai baca buku kewirausahaan, ikuti pelatihan tentang memulai usaha, pelajari tentang pemasaran, dan sebagainya.
Maksudnya adalah :
Apa yang Anda masukkan kedalam pikiran Anda, bagaimana sikap Anda terhadap orang-orang disekeliling Anda, Apa yang Anda ucapkan saat ini akan berbuah di masa depan. Oleh karena itu, Anda harus memasukkan hal yang baik kedalam diri Anda sekarang, saat ini juga, agar Anda membuat masa depan yang cemerlang.
Semoga pemikiran di atas dapat bermanfaat dan mungkin bisa dibagikan kepada teman-teman Anda.
Mungkin karena saya pernah memimpikannya dulu? Entahlah… Yang jelas, saya memang tidak pernah punya keraguan sedikitpun saat saya bermimpi! Saya selalu membiarkan mimpi saya mengalir apa adanya, tidak pernah ada penolakan dalam pikiran, hingga semua itu benar-benar datang dan menjadi kenyataan!
Apa yang Anda ketahui sebenarnya tentang harapan itu? Apakah penggunaan kekuatan pikiran? Atau sebuah keberuntungan yang diinginkan untuk terjadi ?
Bagaimana harapan bisa menjadi tenaga pendorong untuk menjadi jauh lebih sukses lagi.
MELAKUKAN APA YANG KITA DAPAT LAKUKAN.
Untuk mengubah harapan menjadi realita. Apakah kita sudah melakukan apa yang kita bisa? Atau kita hanya diam, berangan-angan semoga akan ada solusi yang jatuh dari langit? Harapan bisa menjadi sesuatu yang sangat berguna sekaligus menakutkan. Kita yang mewujudkan harapan kita menjadi kenyataan.
Lalu saya ingin bertanya kepada Anda… “Apakah yang menjadi pendorong utama Anda melakukan mudik menjelang lebaran ini ?” Semua berawal dari sebuah harapan bukan? Harapan untuk berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman, bertemu dengan teman lama, berbagi rejeki THR kepada sanak family dan masih banyak lagi alasan-alasan lain yang melandasi harapan mudik itu. Sehingga Andapun merelakan sebagian tabungan hasil kerja Anda dalam satu tahun untuk membiayai mudik Anda, merelakan tubuh Anda lelah melakukan perjalanan panjang, bahkan mungkin ada salah satu sahabat kita yang celaka dijalan sampai mengorbankan jiwanya dalam perjalanan mudik.
Tanpa kita sadari mudik menjadi sebuah fenomena besar yang ada dalam diri kita sehingga menjadi sebuah motivasi dalam menjalankan aktifitas kerja sehari-hari sehingga dapat mudik lagi di tahun depan.
Sahabatku,.. coba bayangkan bila Anda terperosok ke jurang yang dalam, ada seseorang yang melemparkan tali, tetapi Anda tidak mau memanjat. Apakah Anda berharap ada orang yang memasang eskalator supaya bisa keluar dengan gaya dan nyaman?
Harapan memungkinkan orang dengan penyakit berat berusaha untuk menyembuhkan dirinya, memungkinkan seorang pengusaha muda berhasil dan sukses mengimplementasikan konsep unikyang selama ini tidak berani dicoba oleh orang lain. Harapan merupakan sesuatu yang sangat kuat bila ia dimanfaatkan sebagai alasan untuk konsisten melakukan sesuatu.
Dengan harapan yang kuat, muncul kepercayaan, dan dari rasa percaya muncul antusiasme, kesabaran. Suatu sikap mental yang mengubah manusia biasa menjadi manusia smart. Tetapi impian akan menjadi sesuatu yang mengerikan bila orang yang memilikinya menjadi enggan dan malas untuk bekerja dan mengharapkan solusi jatuh dari langit.
Jika hanya dengan mengharap dan positive thinking kita dapat memiliki seuatu, tentunya tidak akan ada anak-anak kelaparan lagi di Afrika, tidak ada lagi kemiskinan di Indonesia, tidak ada lagi pengangguran yang setiap tahun bertambah, dan bahkan tidak ada lagi pendatang baru dari daerah yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Cukup duduk dirumah maka apa yang Anda inginkan akan jatuh dari langit.
Sebagai catatan kecil kilas balik pribadi bahwa “selama kita memberitahukan diri kita bahwa kita hidup sukses dan berkelimpahan, maka kita akan gagal untuk mengambil tindakan karena sebenarnya tersirat rasa kemalasan didalam diri orang-orang yang merasa dirinya sukses dan berkelimpahan”
Seorang filusuf Jerman, Gothe pernah mengatakkan “Beberapa orang memiliki imajinasi untuk kenyataaan”. Dengan harapan yang tidak disertai tindakan, kita memenjarakan diri kita. Harapan dapat menjadi pengharapan yang panjang untuk hal-hal yang kita rasa tidak kita miliki.
Dalam bentuk terburuknya, harapan dapat membiarkan kita hidup dalam “dellusion de grandeur”. Membuat kita tidak mengerahkan seluruh kemampuan kita dengan optimal dan mencegah kita dari menerima apa yang kita inginkan.
Harapan membuat kita berpikir bahwa kita kehabisan pilihan, dan ketika kita tidak memiliki cukup atau tidak dapat memiliki cukup, Harapan dapat menyarankan kita untuk (sabar) menunggu dan melihat.
Harapan juga dapat menjadi sebuah kekuatan supaya kita terus berpegang pada sesuatu yangseharusnya sudah kita lepaskan, ketika intuisi kita juga mendukung supaya kita melepaskan hal itu.
Harapan dapat menjadi penjara. Harapan dapat membuat kita percaya bahwa tidak ada satu halpun yang bisa kita lakukan sehingga kita harus duduk diam dan mengharapkan yang terbaik.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat untuk mereview mimpi/harapan yang selama ini belum dapat kita raih karena orang yang sukses tidak melakukan hal yang berbeda. tetapi mereka hanya melakukan hal dengan cara yang berbeda.
Pesan saya kali ini adalah Gunakanlah impian/harapan untuk menjadi tenaga pendorong dalam mencapai kesuksesan sehingga Keindahan Mimpi menjadi Masa Depan yang nyata.
Salam sukses to be G-Smart!
Special thanks to StrategiJitu.com
dari http://gakindo.com/2010/09/14/masa-depan-adalah-milik-orang-yang-percaya-pada-keindahan-mimpi-mereka/
dari http://gakindo.com/2010/09/14/masa-depan-adalah-milik-orang-yang-percaya-pada-keindahan-mimpi-mereka/
COURTESY YOUTUBE
Sayed Mann
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Saat pindah ke bagian barat Jerman, usai tembok Berlin runtuh, Sayed Mann, kala itu 12 tahun, adalah bocah yang tengah bingung mencari identitas diri. Keluarganya berasal dari Jerman Timur.
Tumbuh besar di lingkungan sosialis, agama tidak pernah ada dalam kamus keluarga dan hidupnya. Ia cenderung tersenyum sinis saat melihat orang-orang pemeluk keyakinan tertentu, termasuk Muslim,
Di Jerman Barat ia melihat situasi yang berbeda. Imigran lebih banyak dijumpai dan ia pun berkawan dengan beberapa orang asing.
"Saya tidak terbiasa dengan kehidupan baru saat itu," aku Sayed. "Kami tiap hari hidup seperti sampah. Idola kami adalah orang-orang kulit hitam Amerika yang tinggal di pemukiman terisolir," tuturnya.
Mengidolakan mereka, pria yang dulunya bernama Sved Mann itu pun juga mencontoh perilaku para imigran itu. "Saya melakukan banyak hal buruk termasuk mencuri dan sebagainya," kenang Sayed.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang imigran berasal dari Turki yang menjadi kawan akrabnya. Si kawan itulah yang kemudian mengenalkan Sayed pada Islam dan berhasil mengajaknya memeluk agama tersebut.
Kawan Sayed memiliki kakak lelaki seorang imam masjid lokal. Ketika si adik memberi thau niatnya untuk mengajak Sayed berkunjung ke masjid, sang imam mengaku pesimis.
"Saya bilang, 'Dia? Tidak Mungkin'. Tapi adik saya sudah bertekad bulat. Bahkan ia mengatakan Sayed akan memeluk Islam sepulangnya saya dari bepergian," tuturnya.
Tiga bulan kemudian, ketika si imam pulang kembali ia tiba-tiba disambut oleh Sayed dengan sapaan Assalamu'alaikum. "Wow saya terkejut. Ini benar-benar luar biasa," ujarnya. "Saya bahkan sempat bertanya (pada Sayed-red) 'Apa yang terjadi padamu?'".
Rupanya si imam memahami selama ini Sayed selalu mencari, namun ia tak pernah-pernah meluangkan waktu dan cenderung mengabaikan ketimbang bersungguh-sungguh.
"Ia mengatakan selalu percaya dengan keberadaan Tuhan, saya kira itulah yang menuntun dia," kata si imam. "Saya melihat ia bahagia telah menemukan Islam.
Kini si imam bahkan menjadi guru mengaji Sayed. Dengan disiplin ia belajar bahasa Arab demi dapat membaca Al Qur'an
Tapi Sayeed tak ingin disebut pindah agama. "Tak pernah ada istilah berubah agama dalam Islam," ujarnya. "Dalam Al Qur'an disebutkan tak ada paksaan dalam beragama," imbuh Sayed lagi.
Lalu? "Saya lebih suka mendeskripsikan sebagai 'seseorang telah mengenalkan saya pada Islam dan saya menuju agama itu," papar Sayed.
Ketika ditanya oleh Cengiz Kultur, sebuah proyek independen pembuatan film dokumenter tentang agama dan budaya di Jerman, mengapa ia memilih Islam, dengan mantap Sayed menjawab, "Karena pada akhirnya semuanya adalah, Islam," ujarnya menekankan pada makna kata tersebut yakni berserah diri.
Ia telah mengucapkan ikrar dengan syahadat sepuluh tahun lalu. Sejak saat itu ia rajin membaca untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam apa makna Islam, termasuk bagi dirinya.
Islam bagi Sayed adalah menyerahkan keinginan diri di bawah kehendak Tuhan. Mengapa ia mau melakukan? "Karena dengan itu nanti saya dapat bertemu dengan Pencipta saya, saya dapat menjumpai surga. Saya berhak untuk itu dan saya kira itulah Islam menurut saya saat ini," papar Sayed ketika ditanya esensi Islam o
Sejak sepuluh tahun pula, Sayed melakukan shalat lima kali dalam sehari. "Ketika anda shalat anda absen dan istirahat dari dunia dan seluruh isinya. Anda membersihkn dan menghadap Sang Pencipta," ujarnya.
Ia mengaku tak ada strategi khusus untuk melakukan shalat lima kali dalam sehari di Jerman. "Setiap orang pasti bisa menemukan tempat untuk berwudhu, membasuh diri dan melakukan shalat," ujarnya tanpa beban.
Sayed mengaku menemukan keyakinannya setelah diskusi panjang dengan si kawan tadi dalam satu malam. "Setelah itu saya langsung menyatakan ingin pergi ke masjid bersamanya," ungkap Sayeed.
Ketika itu subuh dan seorang anak kecil tengah melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Tiba-tiba Sayed pun menangis. "Saya tidak tahu mengapa. Saya tidak paham bahasa Arab, saya tidak tahu apa yang ia baca, tidak tahu apa pun," kenangnya.
"Tapi hati saya jelas telah memahami sesuatu. Itu benar-benar pengalaman luar biasa," tutur Sayed. "Saya yang hidup di jalan ala gangster tiba-tiba bisa menangis dan tidak tahu mengapa."
Kini selain ketenangan dan keteraturan hidup Sayed juga menemukan hal berharga lain dalam Islam. "Ketika anda menjadi seorang Muslim, anda kehilangan teman tetapi anda mendapatkan saudara," ujarnya. Dengan segera anda menjadi anggota sebuah keluarga. Ini sesuatu yang tidak bisa saya peroleh dalam gereja-gereja di Jerman."
Tumbuh besar di lingkungan sosialis, agama tidak pernah ada dalam kamus keluarga dan hidupnya. Ia cenderung tersenyum sinis saat melihat orang-orang pemeluk keyakinan tertentu, termasuk Muslim,
Di Jerman Barat ia melihat situasi yang berbeda. Imigran lebih banyak dijumpai dan ia pun berkawan dengan beberapa orang asing.
"Saya tidak terbiasa dengan kehidupan baru saat itu," aku Sayed. "Kami tiap hari hidup seperti sampah. Idola kami adalah orang-orang kulit hitam Amerika yang tinggal di pemukiman terisolir," tuturnya.
Mengidolakan mereka, pria yang dulunya bernama Sved Mann itu pun juga mencontoh perilaku para imigran itu. "Saya melakukan banyak hal buruk termasuk mencuri dan sebagainya," kenang Sayed.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang imigran berasal dari Turki yang menjadi kawan akrabnya. Si kawan itulah yang kemudian mengenalkan Sayed pada Islam dan berhasil mengajaknya memeluk agama tersebut.
Kawan Sayed memiliki kakak lelaki seorang imam masjid lokal. Ketika si adik memberi thau niatnya untuk mengajak Sayed berkunjung ke masjid, sang imam mengaku pesimis.
"Saya bilang, 'Dia? Tidak Mungkin'. Tapi adik saya sudah bertekad bulat. Bahkan ia mengatakan Sayed akan memeluk Islam sepulangnya saya dari bepergian," tuturnya.
Tiga bulan kemudian, ketika si imam pulang kembali ia tiba-tiba disambut oleh Sayed dengan sapaan Assalamu'alaikum. "Wow saya terkejut. Ini benar-benar luar biasa," ujarnya. "Saya bahkan sempat bertanya (pada Sayed-red) 'Apa yang terjadi padamu?'".
Rupanya si imam memahami selama ini Sayed selalu mencari, namun ia tak pernah-pernah meluangkan waktu dan cenderung mengabaikan ketimbang bersungguh-sungguh.
"Ia mengatakan selalu percaya dengan keberadaan Tuhan, saya kira itulah yang menuntun dia," kata si imam. "Saya melihat ia bahagia telah menemukan Islam.
Kini si imam bahkan menjadi guru mengaji Sayed. Dengan disiplin ia belajar bahasa Arab demi dapat membaca Al Qur'an
Tapi Sayeed tak ingin disebut pindah agama. "Tak pernah ada istilah berubah agama dalam Islam," ujarnya. "Dalam Al Qur'an disebutkan tak ada paksaan dalam beragama," imbuh Sayed lagi.
Lalu? "Saya lebih suka mendeskripsikan sebagai 'seseorang telah mengenalkan saya pada Islam dan saya menuju agama itu," papar Sayed.
Ketika ditanya oleh Cengiz Kultur, sebuah proyek independen pembuatan film dokumenter tentang agama dan budaya di Jerman, mengapa ia memilih Islam, dengan mantap Sayed menjawab, "Karena pada akhirnya semuanya adalah, Islam," ujarnya menekankan pada makna kata tersebut yakni berserah diri.
Ia telah mengucapkan ikrar dengan syahadat sepuluh tahun lalu. Sejak saat itu ia rajin membaca untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam apa makna Islam, termasuk bagi dirinya.
Islam bagi Sayed adalah menyerahkan keinginan diri di bawah kehendak Tuhan. Mengapa ia mau melakukan? "Karena dengan itu nanti saya dapat bertemu dengan Pencipta saya, saya dapat menjumpai surga. Saya berhak untuk itu dan saya kira itulah Islam menurut saya saat ini," papar Sayed ketika ditanya esensi Islam o
Sejak sepuluh tahun pula, Sayed melakukan shalat lima kali dalam sehari. "Ketika anda shalat anda absen dan istirahat dari dunia dan seluruh isinya. Anda membersihkn dan menghadap Sang Pencipta," ujarnya.
Ia mengaku tak ada strategi khusus untuk melakukan shalat lima kali dalam sehari di Jerman. "Setiap orang pasti bisa menemukan tempat untuk berwudhu, membasuh diri dan melakukan shalat," ujarnya tanpa beban.
Sayed mengaku menemukan keyakinannya setelah diskusi panjang dengan si kawan tadi dalam satu malam. "Setelah itu saya langsung menyatakan ingin pergi ke masjid bersamanya," ungkap Sayeed.
Ketika itu subuh dan seorang anak kecil tengah melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Tiba-tiba Sayed pun menangis. "Saya tidak tahu mengapa. Saya tidak paham bahasa Arab, saya tidak tahu apa yang ia baca, tidak tahu apa pun," kenangnya.
"Tapi hati saya jelas telah memahami sesuatu. Itu benar-benar pengalaman luar biasa," tutur Sayed. "Saya yang hidup di jalan ala gangster tiba-tiba bisa menangis dan tidak tahu mengapa."
Kini selain ketenangan dan keteraturan hidup Sayed juga menemukan hal berharga lain dalam Islam. "Ketika anda menjadi seorang Muslim, anda kehilangan teman tetapi anda mendapatkan saudara," ujarnya. Dengan segera anda menjadi anggota sebuah keluarga. Ini sesuatu yang tidak bisa saya peroleh dalam gereja-gereja di Jerman."
communities.canada.com
Pemuda Muslim Vancouver
REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER - Alih-alih jadi korban Islamophobia, Muslim Vancouver, Kanada, justru disegani komunitas kota itu. Koran Vancouver Sun dalam laporan utamanya menulis, semua gambaran tentang umat Islam yang militan, puritan, eksklusif, dan "tidak modis", runtuh di kota ini. "Di sini, semua stereotip tentang Muslim tak bakal ditemukan. Mereka (kaum Muslim, red) tampil dengan unik; bergaya tertentu dan bersikap pluralistik," tulis mereka .
Vancouver adalah salah satu kota utama di Kanada, dengan penduduk 2,1 juta jiwa. Populasi Muslim Kanada dan Metro Vancouver diramal bakal tumbuh tiga kali lipat pada tahun 2031. Setidaknya, begitu hasil penelitian lembaga , baik menurut Statistik Kanada dan besar minggu lalu laporan Pew Forum. Jumlah Metro Muslim Vancouver diperkirakan meningkat menjadi 230 ribu dalam dua dekade (sampai enam persen dari populasi).
Namun, meskipun proyeksi tersebut menaikkan kekhawatiran bahwa Muslim akan mengambil alih negara, hal ini tak dijumpai di Kanada. Media ini mencoba menganalisa apa perbedaan antara kaum Muslim di kota ini dengan mereka yang hidup di belahan Amerika Utara lainnya.
Menurut mereka, meski di West Coast, salah satu kawasan permukiman di kota itu, berseliweran wanita berjilbab, warga sudah sangat terbiasa. Mereka pun tak terganggu ketika sebuah masjid mengumandangkan adzan pada hari Jumat. Salah satu sebabnya, kata mereka, adalah karena umat Muslim di kota ini berbaur dengan warga lainnya.
Masjid di Metro Vancouver beroperasi relatif independen satu sama lain, tanpa kelompok etnis tertentu yang mendominasi.
Berkunjung ke masjid Metro Vancouver, tulis mereka, adalah seperti masuk ke gedung PBB, demikian istilah mereka. Kaum Muslim dari bangsa yang berbeda berbaur, dengan menggunakan bahasa yang sama, bahasa Inggris.
Hal ini, jarang dijumpai di kota lain. Umumnya, masjid didirikan oleh komunitas tertentu, dan karenanya, para jamaah pun kerap berbicara dengan bahasa setempat. Masjid Pakistan, misalnya, maka jamaahnya mayoritas adalah keturunan Pakistan, dan mereka berbicara dengan bahasa asal mereka.
Profesor Derryl MacLean dari Universitas Simon Fraser menyatakan, beragam bangsa yang datang ke Vancouver umumnya berbaur dengan penduduk lokal, tak terkecuali Islam. Inilah yang membuat mereka melebur. "Bandingkan dengan umat Muslim di Toronto dan Montreal. Di sini, mereka melahirkan sebuah komunitas yang indah," ujarnya.
Angka Statistik Kanada menyebut, sebagian besar Muslim di Metro Vancouver berasal dari Iran, diikuti oleh Pakistan, India, dan wilayah Afrika Timur.
Tapi Muslim dari campuran negara dengan Muslim kelahiran Kanada banyak, serta orang-orang dari puluhan negara lain, seperti Fiji, Afganistan, Bosnia, Mesir, Irak, Kosovo, Serbia, Sri Lanka, Amerika Serikat, Indonesia, Inggris dan banyak lagi saling melebur.
"Masjid di Metro Vancouver dikelola oleh berbagai macam kelompok etnis sehingga yang satu tidak bisa memaksakan satu norma etnis atau bahasa," kata MacLean, yang pernah menelurkan buku tentang Muslim di British Columbia (UBC Press).
Ia menyebut Vancouver adalah salah satu laboratorium yang paling menarik di dunia untuk kajian sosial antar-agama."Datanglah ke Vancouver, dan Anda akan melihat betapa indahnya toleransi," katanya.
Vancouver adalah salah satu kota utama di Kanada, dengan penduduk 2,1 juta jiwa. Populasi Muslim Kanada dan Metro Vancouver diramal bakal tumbuh tiga kali lipat pada tahun 2031. Setidaknya, begitu hasil penelitian lembaga , baik menurut Statistik Kanada dan besar minggu lalu laporan Pew Forum. Jumlah Metro Muslim Vancouver diperkirakan meningkat menjadi 230 ribu dalam dua dekade (sampai enam persen dari populasi).
Namun, meskipun proyeksi tersebut menaikkan kekhawatiran bahwa Muslim akan mengambil alih negara, hal ini tak dijumpai di Kanada. Media ini mencoba menganalisa apa perbedaan antara kaum Muslim di kota ini dengan mereka yang hidup di belahan Amerika Utara lainnya.
Menurut mereka, meski di West Coast, salah satu kawasan permukiman di kota itu, berseliweran wanita berjilbab, warga sudah sangat terbiasa. Mereka pun tak terganggu ketika sebuah masjid mengumandangkan adzan pada hari Jumat. Salah satu sebabnya, kata mereka, adalah karena umat Muslim di kota ini berbaur dengan warga lainnya.
Masjid di Metro Vancouver beroperasi relatif independen satu sama lain, tanpa kelompok etnis tertentu yang mendominasi.
Berkunjung ke masjid Metro Vancouver, tulis mereka, adalah seperti masuk ke gedung PBB, demikian istilah mereka. Kaum Muslim dari bangsa yang berbeda berbaur, dengan menggunakan bahasa yang sama, bahasa Inggris.
Hal ini, jarang dijumpai di kota lain. Umumnya, masjid didirikan oleh komunitas tertentu, dan karenanya, para jamaah pun kerap berbicara dengan bahasa setempat. Masjid Pakistan, misalnya, maka jamaahnya mayoritas adalah keturunan Pakistan, dan mereka berbicara dengan bahasa asal mereka.
Profesor Derryl MacLean dari Universitas Simon Fraser menyatakan, beragam bangsa yang datang ke Vancouver umumnya berbaur dengan penduduk lokal, tak terkecuali Islam. Inilah yang membuat mereka melebur. "Bandingkan dengan umat Muslim di Toronto dan Montreal. Di sini, mereka melahirkan sebuah komunitas yang indah," ujarnya.
Angka Statistik Kanada menyebut, sebagian besar Muslim di Metro Vancouver berasal dari Iran, diikuti oleh Pakistan, India, dan wilayah Afrika Timur.
Tapi Muslim dari campuran negara dengan Muslim kelahiran Kanada banyak, serta orang-orang dari puluhan negara lain, seperti Fiji, Afganistan, Bosnia, Mesir, Irak, Kosovo, Serbia, Sri Lanka, Amerika Serikat, Indonesia, Inggris dan banyak lagi saling melebur.
"Masjid di Metro Vancouver dikelola oleh berbagai macam kelompok etnis sehingga yang satu tidak bisa memaksakan satu norma etnis atau bahasa," kata MacLean, yang pernah menelurkan buku tentang Muslim di British Columbia (UBC Press).
Ia menyebut Vancouver adalah salah satu laboratorium yang paling menarik di dunia untuk kajian sosial antar-agama."Datanglah ke Vancouver, dan Anda akan melihat betapa indahnya toleransi," katanya.
Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.
Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.
Sumber: kaskus.us
Michael David Saphiro
REPUBLIKA.CO.ID, Secara etnis, Michael David Saphiro adalah keturunan Yahudi Rusia. Perjalanannya mencari Tuhan sudah dimulai sejak ia berusia 19 tahun. Ia mengaku pada masa itu ia membatasi dirinya dengan logika Sains. "Ya, saya dicuci otak dengan itu," ungkapnya.
Keyakinan Saphiro terhadap Tuhan tidak pasti. Tujuan hidupnya saat itu ialah menjadi bintang rock terkenal. "Saya tinggal di sebuah apartemen di Pasadena dan bekerja sebagai sekretaris. Memang menggelikan saya tahu," tuturnya.
Suatu malam ia pergi ke dapur dan berpapasan dengan temannya berkulit hitam. "Saya masih ingat bertanya padanya, 'Bisakah saya simpan vodka ini dalam kulkas malam ini?'. Kami berjabat tangan kemudian pergi tidur. Tapi justru setelah itu hidup saya berubah drastis," kata Saphiro.
Si teman kulit hitam tadi, seorang Muslim, adalah Muslim pertama yang pernah dikenal Saphiro. Didorong rasa ingin tahu luar biasa, Saphiro mengajak si teman mengobrol tentang keyakinannya. "Saya penasaran, apa itu, saya dengar tentang beribadah 5 kali sehari, juga tentang perang suci. Siapakah itu lelaki yang bernama Muhammad?" tuturnya.
Saat mengobrol ia ditemani oleh teman sekamarnya, penganut Kristiani, Wade. "Bertiga kami melakukan sesi dialog antara Yahudi, Kristen dan Muslim. Dalam obrolan itu kami menemukan banyak perbedaan sekaligus banyak persamaan," kata Saphiro.
Ketertarikan Shaphiro bergeser, yang semua berkutat seputar seks, obat-obatan dan pesta, ke pencarian serius terhadap kebenaran. Sebuah pencarianya yang menurut dia harus diselesaikan menyeluruh. "Ini pencarian terhadap Tuhan dan pencarian bagaimana untuk mengikuti-Nya," ungkap Saphiro.
Dalam perncarian itu Shapiro bertanya pada dirinya, "Oke mulai dari yang sederhana, beberapa Tuhan yang kamu pikir ada di luar sana?". Saat itu ia meyakini hanya satu.
"Tuhan yang lebih dari satu, terbagi-bagi tentu lebih lemah dari pada hanya satu Tuhan. Saya berpikir, bagaimana bila satu Tuhan tidak sepakat dengan Tuhan lain, pasti ada argumen dan pertikaian. Maka, satu tuhan adalah pilihan sadar saya," imbuhnya.
Begitu ia membuka pikiran terhadap kemungkinan keberadaan Tuhan ia mulai menganalisa berbagai macam keyakinan, mulai atheis hingga theisme. "Sesuatu yang mengarahkan saya kepada pilihan kedua adalah sebuah kutipan, 'Setiap desain memiliki desainer. Dengan kalimat itu dalam benak, akhirnya saya selalu bangun dan sadar bahwa Tuhan ada. Saya tidak dapat menjelaskan mengapa. Saya hanya merasa seperti itu."
Penemuan baru itu menimbulkan kegairah dalam diri Saphiro. Saat itu pula ia mengaku muncul rasa tanggung jawab untuk mengikuti kehendak Sang Pencipta. "Langkah berikut saya adalah memasuki dunia agama," ungkapnya.
Kembali Saphiro menanyai dirinya sendiri. "Di mana saya harus memulai. Kenyataannya ada ribuan di luar saya. Saya mesti mengeliminasi dan menyempitkan kepada sedikit pilihan," tuturnya. Awalnya ia pun bertanya bagaimana melakukan hal itu.
"Saat itu ada pemahaman yang masuk dalam benak saya, 'temukan agama yang bersifat monotheis'. Saya pikir, bukankah itu masuk akal karena saya percaya hanya ada satu Tuhan."
Ia pun melewati Budhaisme dan Hinduisme karena ia menganggap keyakinan tersebut politeisme. Sementara agama utama yang saat itu ia pandang memiliki pandangan Monotheis adalah Yahudi, Kristen dan Islam. "Karena saya keturunan Yahudi, saya pun memulai dengan Yudaisme. Satu Tuhan, nabi yang sama, 10 perintah, Taurat dan jiwa Yahudi.
Saat melakukan pendalaman ada gagasan dalam Yudaisme yang mengganggunya. Gagasan itu berbunyi 'Jika seseorang terlahir sebagai Yahudi, maka ia memiliki jiwa Yahudi dan mereka harus mengikuti Yudaisme. "Tunggu dulu, di bagian itu saya merasa itu ide diskriminasi. Bukan sesuatu yang universal,"
"Jadi apakah benar Tuhan membuat jiwa Yahudi, jiwa Kristen, jiwa Hindu atau jiwa Hindu? Saya pikir semua orang diciptakan sederajat. Jadi apakah karena seseorang terlahir dalam agama itu berarti derajat Tuhan tetap di sana meski si penganut melakukan kesalahan. Saya tidak sepakat dengan itu," tutur Saphiro.
Satu lagi yang mengganggu Saphiro adalah tidak ada konsep ketat mengenai neraka dalam Yudaisme. "Mengapa harus baik? mengapa itu bukan dosa? Saya tidak punya rasa takut terhadap hukuman, lalu mengapa saya harus menjaga moral?"
Usai mendalami Yudaisme, ia menuju pemahaman Kristen. Lagi-lagi ia terganggu dengan konsep trinitas, satu tuhan, satu bapa, satu anak dan ruh kudus. "Aduh tolong jelaskan bagaimana semua ini bisa menjadi satu Tuhan. Jadi bagaimana anda dapat meyakini hanya satu Tuhan bila yang ada pembagian seperti ini,"
Penjelasan demi penjelasan, pertanyaan demi pertanyaan, perbandingan demi perbandingan, analogi dan sebagainya tak mampu membuat Saphiro memahami konsep trinitas.
Hingga ia pun memasuki perjalanan berikut, mengkaji Islam. Islam berarti penyerahan diri. Keyakinan utama yang dipahami Saphiro dalam Islam adalah satu Tuhan, beribadah kepda Tuhan lima kali sehari, mewajibkan memberi 2,5 persen dari harta setiap tahun sebagai zakat, berpuasa saat Ramadhan--demi membuat seseorang lebih dekat kepada Tuhan dan menghargai sesama manusia dan kelima melakukan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan haji bagi yang mampu.
Sejauh itu Saphiro tidak menemukan sesuatu yang sulit untuk dipahami. "Tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan logika saya di sini," ungkapnya.
Al Quran, sejauh yang ia tahu saat itu adalah kitab dengan kebijakan tanpa batasan waktu dan kisah-kisah penuh keajaiban yang menarik. "Banyak fakta ilmiah yang baru terungkap saat ini telah dinyatakan 1400 tahun sebelumnya dalam buku ini," ujarnya.
"Saat itu Islam telah melewati pertanyaan awal saya tentang agama satu tuhan. Namun saya ingin tahu lebih lanjut apakah agama ini universal? Apakah ia sejalan dengan sains? Saya menemukan banyak ayat di Al Qur'an yang berada di satu koridor dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," tutur Saphiro.
Semakin banyak Saphiro menemukan fakta-fata yang ia nilai logis saat mengkaji agama tersebut, ada satu hal yang mulai sangat menarik perhatiannya yakni nama "Islam" itu sendiri. "Ini nama dari agama ini, saya menemukan ia ditulis berulang kali dalam Al Qur'an".
Ia pun mengingat riset yang ia lakukan sebelumnya. "Saya tidak mengingat satu pun kata 'Yudaisme' dalam perjanjian lama atau 'Kristiani' dalam Perjanjian Baru. Ini adalah hal besar," ujarnya.
Ia menyadari mengapa tak bisa menemukan nama sebenarnya agama tersebut di dalam kedua kitab tadi, karena memang tidak ada nama dalam kitab-kitab tersebut. Ia pun memahami Yudaisme merupkan bentukan kata Yuda-isme dan Kristiani tentu berasal dari "Kristus dan pengikutnya"
"Jadi inikah Yuda? atau Judah?" tanya Saphiro pada diriny. Nama itu sejauh yang diketahui Saphiro adalah pemimpin suku Hebrews ketika Tuhan menurunkan firmannya kepada manusia. "Jadi apa mungkin agama dinamai nama orang?" ujarnya.
Begitu pula ketika ia berpikir tentang Kristiani, yang berasal dari nama Yesus Kristus. "Apa mungkin kita dapat mendeduksi nama agama dari orang-orang dengan melekatkan isme dan -anity," ungkap Saphiro. Terlebih lagi nama-nama tersebut tidak diungkap dalam kitab mereka, inilah yang membuat ia berpikir itu sangat aneh.
"Coba jika saya berjualan dan saya berkata "Apakah kamu mau membeli ini_______? Tentu orang akan bertanya, Apa ini_____namanya? Tentu saya tidak akan bisa menjual sebuah barang tanpa sebuah nama,"
Saat itu Saphiro meyakini nama adalah hal mendasar di mana manusia bisa mengidentifikasi objek, baik fisik maupun non fisik. "Jika agama harus dipraktekan dan disebarkan kepada setiap manusia di muka bumi, bukankah seharusnya ia memiliki nama?
Ia juga menekankan, nama itu seharusnya diberikan langsung oleh Tuhan, bukan bentukan manusia. "Ya itulah maksud saya. Nama Kristiani dan Yudaisme tidak tertulis dalam kitab suci mereka. Manusia yang menamainya, bukan Tuhan," kata Saphiro menyimpulkan.
"Gagasan bahwa Tuhan menghendaki sebuah agama diikuti oleh manusia tanpa memberi nama, sangat mustahil bagi otak saya untuk menerima," ujarnya. "Di titik itu, baik Kristen dan Yahudi kehilangan kredibilitas murni dalam logika dan agama sepenuhnya, setidaknya itu dalam prespektif saya," papar Saphiro.
Ia menemukan Islam adalah satu-satunya agama yang mengusung nama asli agama dalam kitab sucinya. "Itu bermakna besar bagi saya," ungkap Saphiro. "Saya menyadari saya akan mengikuti Islam, lalu saya pun menjadi Muslim. Saya menemukan kebenaran dan saya merasa keluar dari kegelapan menuju cahaya."
Keyakinan Saphiro terhadap Tuhan tidak pasti. Tujuan hidupnya saat itu ialah menjadi bintang rock terkenal. "Saya tinggal di sebuah apartemen di Pasadena dan bekerja sebagai sekretaris. Memang menggelikan saya tahu," tuturnya.
Suatu malam ia pergi ke dapur dan berpapasan dengan temannya berkulit hitam. "Saya masih ingat bertanya padanya, 'Bisakah saya simpan vodka ini dalam kulkas malam ini?'. Kami berjabat tangan kemudian pergi tidur. Tapi justru setelah itu hidup saya berubah drastis," kata Saphiro.
Si teman kulit hitam tadi, seorang Muslim, adalah Muslim pertama yang pernah dikenal Saphiro. Didorong rasa ingin tahu luar biasa, Saphiro mengajak si teman mengobrol tentang keyakinannya. "Saya penasaran, apa itu, saya dengar tentang beribadah 5 kali sehari, juga tentang perang suci. Siapakah itu lelaki yang bernama Muhammad?" tuturnya.
Saat mengobrol ia ditemani oleh teman sekamarnya, penganut Kristiani, Wade. "Bertiga kami melakukan sesi dialog antara Yahudi, Kristen dan Muslim. Dalam obrolan itu kami menemukan banyak perbedaan sekaligus banyak persamaan," kata Saphiro.
Ketertarikan Shaphiro bergeser, yang semua berkutat seputar seks, obat-obatan dan pesta, ke pencarian serius terhadap kebenaran. Sebuah pencarianya yang menurut dia harus diselesaikan menyeluruh. "Ini pencarian terhadap Tuhan dan pencarian bagaimana untuk mengikuti-Nya," ungkap Saphiro.
Dalam perncarian itu Shapiro bertanya pada dirinya, "Oke mulai dari yang sederhana, beberapa Tuhan yang kamu pikir ada di luar sana?". Saat itu ia meyakini hanya satu.
"Tuhan yang lebih dari satu, terbagi-bagi tentu lebih lemah dari pada hanya satu Tuhan. Saya berpikir, bagaimana bila satu Tuhan tidak sepakat dengan Tuhan lain, pasti ada argumen dan pertikaian. Maka, satu tuhan adalah pilihan sadar saya," imbuhnya.
Begitu ia membuka pikiran terhadap kemungkinan keberadaan Tuhan ia mulai menganalisa berbagai macam keyakinan, mulai atheis hingga theisme. "Sesuatu yang mengarahkan saya kepada pilihan kedua adalah sebuah kutipan, 'Setiap desain memiliki desainer. Dengan kalimat itu dalam benak, akhirnya saya selalu bangun dan sadar bahwa Tuhan ada. Saya tidak dapat menjelaskan mengapa. Saya hanya merasa seperti itu."
Penemuan baru itu menimbulkan kegairah dalam diri Saphiro. Saat itu pula ia mengaku muncul rasa tanggung jawab untuk mengikuti kehendak Sang Pencipta. "Langkah berikut saya adalah memasuki dunia agama," ungkapnya.
Kembali Saphiro menanyai dirinya sendiri. "Di mana saya harus memulai. Kenyataannya ada ribuan di luar saya. Saya mesti mengeliminasi dan menyempitkan kepada sedikit pilihan," tuturnya. Awalnya ia pun bertanya bagaimana melakukan hal itu.
"Saat itu ada pemahaman yang masuk dalam benak saya, 'temukan agama yang bersifat monotheis'. Saya pikir, bukankah itu masuk akal karena saya percaya hanya ada satu Tuhan."
Ia pun melewati Budhaisme dan Hinduisme karena ia menganggap keyakinan tersebut politeisme. Sementara agama utama yang saat itu ia pandang memiliki pandangan Monotheis adalah Yahudi, Kristen dan Islam. "Karena saya keturunan Yahudi, saya pun memulai dengan Yudaisme. Satu Tuhan, nabi yang sama, 10 perintah, Taurat dan jiwa Yahudi.
Saat melakukan pendalaman ada gagasan dalam Yudaisme yang mengganggunya. Gagasan itu berbunyi 'Jika seseorang terlahir sebagai Yahudi, maka ia memiliki jiwa Yahudi dan mereka harus mengikuti Yudaisme. "Tunggu dulu, di bagian itu saya merasa itu ide diskriminasi. Bukan sesuatu yang universal,"
"Jadi apakah benar Tuhan membuat jiwa Yahudi, jiwa Kristen, jiwa Hindu atau jiwa Hindu? Saya pikir semua orang diciptakan sederajat. Jadi apakah karena seseorang terlahir dalam agama itu berarti derajat Tuhan tetap di sana meski si penganut melakukan kesalahan. Saya tidak sepakat dengan itu," tutur Saphiro.
Satu lagi yang mengganggu Saphiro adalah tidak ada konsep ketat mengenai neraka dalam Yudaisme. "Mengapa harus baik? mengapa itu bukan dosa? Saya tidak punya rasa takut terhadap hukuman, lalu mengapa saya harus menjaga moral?"
Usai mendalami Yudaisme, ia menuju pemahaman Kristen. Lagi-lagi ia terganggu dengan konsep trinitas, satu tuhan, satu bapa, satu anak dan ruh kudus. "Aduh tolong jelaskan bagaimana semua ini bisa menjadi satu Tuhan. Jadi bagaimana anda dapat meyakini hanya satu Tuhan bila yang ada pembagian seperti ini,"
Penjelasan demi penjelasan, pertanyaan demi pertanyaan, perbandingan demi perbandingan, analogi dan sebagainya tak mampu membuat Saphiro memahami konsep trinitas.
Hingga ia pun memasuki perjalanan berikut, mengkaji Islam. Islam berarti penyerahan diri. Keyakinan utama yang dipahami Saphiro dalam Islam adalah satu Tuhan, beribadah kepda Tuhan lima kali sehari, mewajibkan memberi 2,5 persen dari harta setiap tahun sebagai zakat, berpuasa saat Ramadhan--demi membuat seseorang lebih dekat kepada Tuhan dan menghargai sesama manusia dan kelima melakukan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan haji bagi yang mampu.
Sejauh itu Saphiro tidak menemukan sesuatu yang sulit untuk dipahami. "Tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan logika saya di sini," ungkapnya.
Al Quran, sejauh yang ia tahu saat itu adalah kitab dengan kebijakan tanpa batasan waktu dan kisah-kisah penuh keajaiban yang menarik. "Banyak fakta ilmiah yang baru terungkap saat ini telah dinyatakan 1400 tahun sebelumnya dalam buku ini," ujarnya.
"Saat itu Islam telah melewati pertanyaan awal saya tentang agama satu tuhan. Namun saya ingin tahu lebih lanjut apakah agama ini universal? Apakah ia sejalan dengan sains? Saya menemukan banyak ayat di Al Qur'an yang berada di satu koridor dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," tutur Saphiro.
Semakin banyak Saphiro menemukan fakta-fata yang ia nilai logis saat mengkaji agama tersebut, ada satu hal yang mulai sangat menarik perhatiannya yakni nama "Islam" itu sendiri. "Ini nama dari agama ini, saya menemukan ia ditulis berulang kali dalam Al Qur'an".
Ia pun mengingat riset yang ia lakukan sebelumnya. "Saya tidak mengingat satu pun kata 'Yudaisme' dalam perjanjian lama atau 'Kristiani' dalam Perjanjian Baru. Ini adalah hal besar," ujarnya.
Ia menyadari mengapa tak bisa menemukan nama sebenarnya agama tersebut di dalam kedua kitab tadi, karena memang tidak ada nama dalam kitab-kitab tersebut. Ia pun memahami Yudaisme merupkan bentukan kata Yuda-isme dan Kristiani tentu berasal dari "Kristus dan pengikutnya"
"Jadi inikah Yuda? atau Judah?" tanya Saphiro pada diriny. Nama itu sejauh yang diketahui Saphiro adalah pemimpin suku Hebrews ketika Tuhan menurunkan firmannya kepada manusia. "Jadi apa mungkin agama dinamai nama orang?" ujarnya.
Begitu pula ketika ia berpikir tentang Kristiani, yang berasal dari nama Yesus Kristus. "Apa mungkin kita dapat mendeduksi nama agama dari orang-orang dengan melekatkan isme dan -anity," ungkap Saphiro. Terlebih lagi nama-nama tersebut tidak diungkap dalam kitab mereka, inilah yang membuat ia berpikir itu sangat aneh.
"Coba jika saya berjualan dan saya berkata "Apakah kamu mau membeli ini_______? Tentu orang akan bertanya, Apa ini_____namanya? Tentu saya tidak akan bisa menjual sebuah barang tanpa sebuah nama,"
Saat itu Saphiro meyakini nama adalah hal mendasar di mana manusia bisa mengidentifikasi objek, baik fisik maupun non fisik. "Jika agama harus dipraktekan dan disebarkan kepada setiap manusia di muka bumi, bukankah seharusnya ia memiliki nama?
Ia juga menekankan, nama itu seharusnya diberikan langsung oleh Tuhan, bukan bentukan manusia. "Ya itulah maksud saya. Nama Kristiani dan Yudaisme tidak tertulis dalam kitab suci mereka. Manusia yang menamainya, bukan Tuhan," kata Saphiro menyimpulkan.
"Gagasan bahwa Tuhan menghendaki sebuah agama diikuti oleh manusia tanpa memberi nama, sangat mustahil bagi otak saya untuk menerima," ujarnya. "Di titik itu, baik Kristen dan Yahudi kehilangan kredibilitas murni dalam logika dan agama sepenuhnya, setidaknya itu dalam prespektif saya," papar Saphiro.
Ia menemukan Islam adalah satu-satunya agama yang mengusung nama asli agama dalam kitab sucinya. "Itu bermakna besar bagi saya," ungkap Saphiro. "Saya menyadari saya akan mengikuti Islam, lalu saya pun menjadi Muslim. Saya menemukan kebenaran dan saya merasa keluar dari kegelapan menuju cahaya."
Langganan:
Postingan (Atom)